GORONTALO KITA BUTUH KARYA BESAR...!
"Provinsi Gorontalo terkenal karena Fadel Muhammad". Kata-kata ini biasa kita dengar di mana-mana, tidak saja di Gorontalo tetapi juga di pentas nasional.Tak jarang kalu kita berada di luar daerah dan bertanya kepada sopir taxi tentang Gorontalo, mereka akan menyebut Fadel Muhammad, padahal ketikam itu belum menjadi seorang menteri.
Gaya kepemimpinan Fadel yang "cerdas dan gaul" ternyata menjadi jurus yang ampuh dan sukses mengharumkan nama Gorontalo di pentas nasional.Kecerdasannya melahirkan gagasan-gagasan besar dan pergaulan yang begitu baik dengan setiap orang melahirkan jaringan yang luas, yang memang sangat penting untuk membangun daerah kecil seperti Gorontalo. Dengan kedua kemampuan ini, jagung yang sebelumnya biasa-biasa saja bagi kita, dan juga lahan kita yang kecil ternyata sangat sangat besar pengaruhnya terhadap kebangkitan nama Gorontalo, meski tergolong provinsi baru.
Kini, Fadel Muhammad telah menjadi menteri. Lalu, bagaimana "nasib" provinsi Gorontalo kita? Awalnya pertanyaan bernada kekhawatiran sempat muncul, setidaknyadalam diri saya, bagaimana caranya kita yang ditinggalkan mampu mempertahankan dan mengembangkan "nama besar" Gorontalo di pentas nasional bahkan internasional. Akhirnya muncul semangat baru bahwa nostalgia Fadel dan juga kenangan kebesarannya orang-orang Gorontalo sebelumnya, seperti HB. Jasin, JS.Badudu, BJ.Habibie, John A. Katili dan Arie Pedju harus tentu tetap menjadi pelajaran dan spirit bagi kita untuk membangun peradaban Gorontalo yang lebih baik dan lebih maju.
Gorontalo Pasca Fadel
Fadel Muhammad dan tokoh-tokoh besar lainnya telah memberi contoh betapa spirit Motota wau Mo'awota (cerdas dan gaul) adalh slah satu modal untuk memajukan Gorontalo.Landasan Spritual yang tulus dan kokoh ini pula yang mendorong saya (Thariq Modanggu) menuliskan buku kecil ini. Danny Pomanto yang saya kenal sebagai orang Gorontalo (asal campuran Molu'o-Alata Kwandang) dimakassar yang dulu membantu perjuangan pembentukan Gorontalo Utara, ternyata diundang oleh lembaga internasional mengikuti pertemuan tingkat dunia di Kopenhagen 2010 dan juga dipercayai merancang 6 proyek nasional yang prestisius, antara lain Istana Presiden RI di laut, belum termasuk 300 lebih karya diberbagai penjuru tanah air. Karena itulah maka saya berpendapat bahwa Danny Pomanto adalah "Orang Biasa yang memiliki Karya Luar Biasa".
"Provinsi Gorontalo terkenal karena Fadel Muhammad". Kata-kata ini biasa kita dengar di mana-mana, tidak saja di Gorontalo tetapi juga di pentas nasional.Tak jarang kalu kita berada di luar daerah dan bertanya kepada sopir taxi tentang Gorontalo, mereka akan menyebut Fadel Muhammad, padahal ketikam itu belum menjadi seorang menteri.
Gaya kepemimpinan Fadel yang "cerdas dan gaul" ternyata menjadi jurus yang ampuh dan sukses mengharumkan nama Gorontalo di pentas nasional.Kecerdasannya melahirkan gagasan-gagasan besar dan pergaulan yang begitu baik dengan setiap orang melahirkan jaringan yang luas, yang memang sangat penting untuk membangun daerah kecil seperti Gorontalo. Dengan kedua kemampuan ini, jagung yang sebelumnya biasa-biasa saja bagi kita, dan juga lahan kita yang kecil ternyata sangat sangat besar pengaruhnya terhadap kebangkitan nama Gorontalo, meski tergolong provinsi baru.
Kini, Fadel Muhammad telah menjadi menteri. Lalu, bagaimana "nasib" provinsi Gorontalo kita? Awalnya pertanyaan bernada kekhawatiran sempat muncul, setidaknyadalam diri saya, bagaimana caranya kita yang ditinggalkan mampu mempertahankan dan mengembangkan "nama besar" Gorontalo di pentas nasional bahkan internasional. Akhirnya muncul semangat baru bahwa nostalgia Fadel dan juga kenangan kebesarannya orang-orang Gorontalo sebelumnya, seperti HB. Jasin, JS.Badudu, BJ.Habibie, John A. Katili dan Arie Pedju harus tentu tetap menjadi pelajaran dan spirit bagi kita untuk membangun peradaban Gorontalo yang lebih baik dan lebih maju.
Gorontalo Pasca Fadel
Fadel Muhammad dan tokoh-tokoh besar lainnya telah memberi contoh betapa spirit Motota wau Mo'awota (cerdas dan gaul) adalh slah satu modal untuk memajukan Gorontalo.Landasan Spritual yang tulus dan kokoh ini pula yang mendorong saya (Thariq Modanggu) menuliskan buku kecil ini. Danny Pomanto yang saya kenal sebagai orang Gorontalo (asal campuran Molu'o-Alata Kwandang) dimakassar yang dulu membantu perjuangan pembentukan Gorontalo Utara, ternyata diundang oleh lembaga internasional mengikuti pertemuan tingkat dunia di Kopenhagen 2010 dan juga dipercayai merancang 6 proyek nasional yang prestisius, antara lain Istana Presiden RI di laut, belum termasuk 300 lebih karya diberbagai penjuru tanah air. Karena itulah maka saya berpendapat bahwa Danny Pomanto adalah "Orang Biasa yang memiliki Karya Luar Biasa".