Penemuan terbesar diabad ini sungguh menggemparkan dunia; "Indonesia adalah tempat lahir peradaban Dunia" Inilah penelitian selama 30 tahun (Prof. Arysio Santos-Geolog dan Fisikawan Nuklir Brazil) Ternyata Kita mewarisi gen nenek moyang nusantara yang sudah sangat maju peradabannya

LALU SEKARANG ...

Mengapa kita tidak bertekad menjadikan Gorontalo menjadi pelopor kebangkitan karya besar nenek moyang kita yang sudah terkubur berabad-abad itu?

Mengapa kita terus menerus mengalah pada kekuasaan yang hanya berpihak pada kepentingan sesaat tetapi menodai hak-hak anak cucu kita?

Kalau kita mengaku berpihak pada kebenaran dan masa depan, lalu mengapa kita takut memperjuangkan calon pemimpin Gorontalo yang menurut kita pantas menjadi Khalifah, untuk mewujudkan cita-cita suci kita ???

Pengantar

Bintang itu banyak dilangit. Tapi sedikit yang bersinar indah. Bintang itu jauh disana. Andai dia ada disini. Dimasa kecil kita dikenalkan dengan ‘bintang’ dalam rangkaian kata seperti tadi. Bintang kemudian menjadi simbol kesuksesan, simbol elegansi,dll. Bintang menjadi rujukan. Sebagaimana ‘bintang penyanyi’, ‘bintang film’, ‘bintang radio’,dll. Bahkan hotel yang baik pun diklasifikasikan dengan banyaknya bintang yang ‘ditempelkan dinama hotel.
Dalam konteks seperti itu, kita dapat mendiskusikan ‘bintang pemimpin’ dimasa depan. Ya setidaknya di Gorontalo. Pemimpin yang bukan sekedar struktural (Gubernur,Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa), namun juga kultural (Menjadi rujukan/teladan yang pantas). Dari banyaknya bintang yang bertebaran ‘dilangit kepemimpinan Gorontalo’, kita dapat mengais satu-dua bintang yang bersinar terang, memberi harapan yang cerah bagi kemashlahatan generasi yang kelak hidup setelah kita mati.
Calon pemimpin Gorontalo memang demikian banyak. Dan, secara subyektif walaupun saya berusaha seobyektif mungkin saya menemukan beberapa bintang yang dapat kita harapkan untuk memimpin percepatan kemajuan Gorontalo, Seperti Tahariq Modanggu, AW. Thalib, Nelson Pomalingo, Idris Rahim dan Danny Pomanto. Obyektifitas dan subyektifitas itu didasarkan pada kesamaan paradigma, kecocokan nilai yang diperjuangkan, kemampuan personal mereka dan peluang menjadi pemimpin.
Diantara kelima nama tersebut, semuanya saya kenal dengan cukup baik, termasuk sejarah diri mereka (track record), visi misi hidupnya (konsepsi kepemimpinan,dll), bahkan saya mengenal mereka secara personal (tabiat diri, cara komunikasinya,dll). Mereka adalah pribadi-pribadi yang setidaknya bagi saya, luar biasa dan dapat dijadikan contoh tentu saja dengan segala kekurangannya masing-masing.
Bintang-bintang tersebut mestinya mempublikasikan biografinya masing-masing. Ya, untuk menjadi pelajaran bagi kita semua, pelajaran bagi anak-anak kita kelak, teladan bagi anak-anak kita kelak, teladan bagi generasi kini dan masa depan. Sayang sekali, baru cerita Nelson Pomalingo yang sudah dibukukan (“sang deklarator”, 2002, penulis : Hardi Nurdin)
Oleh karena itu sambil menunggu buku-buku yang berkisah tentang  para bintang itu, saya menyambut  dengan senang hati buku tipis yang bercerita tentang salah satu bintang; Danny Pomanto. Memang bukan buku yang lengkap, tetapi sekurang-kurangnya isinya menggambarkan tentang hal-hal yang membanggakan bagi Gorontalo kita. Betapa daerah ini memiliki orang-orang hebat  yang  mengharumkan Gorontalo di luar sana.
Tentu efek dari terbitnya buku ini tidak selalu positif. Bukankan segala yang baik selalu saja ada ruginya?  Saya katakan kepada ka’ Thariq, penulis buku ini yang juga salah satu bintang pemimpin di masa depan, “Mungkin akan ada yang merobek-robek buku ini, sebagaimana dulu kita berkampanye untuk DPD RI ada yang merobek-robek leaflet yang disebarkan Tim Sahabat Elnino.”
Thariq menjawab dengan senyumnya, “tidak apa, terget kita bukanlah membuat semua orang membaca buku ini. Tidak harus semua orang. Cukup sebagian besar saja. Namanya juga usaha. Karena yang dinilai Tuhan bukan hasil usahanya, melainkan niat  baik dan proses yang ditempuh untuk perwujudan niat itu.”


Fadel Sebagai Bintang
Saya masih ingat, tahun 2001 nyaris semua orang Gorontalo tak mengenal Fadel Muhammad.Tiba-tiba nama itu menjadi calon Gubernur Gorontalo, Lalu menang. Saya adalah salah satu diantara sekian banyak orang yang ragu, bagaimana mungkin 'style jakarta' memimpin masyarakat kita yang ketika itu masih jauh tertinggal diberbagai bidang. Fadel pasti kesulitan menyesuaikan diri. Dalam tahun pertama keraguan semakin besar karena banyaknya persoalan teknis dan non teknis yang dihadapi Fadel.
Namun kita semua telah menjadi saksi sejarah, betapa Fadel dengan segala kekurangannya berhasil menjadi pemimpin Gorontalo yang luar biasa. Kekurangannya dalam beberapa aspek pemerintahan tertutupi dengan kehebatannya dalam mengangkat nama provinsi baru ini ke tingkat Nasional, serta ini yang lebih penting kemampuan personalnya yang berhasil meyakinkan mayoritas rakyat daerah ini.

Fadel yang awalnya tidak dikenal di Gorontalo. Fadel yang mulanya diragukan di Gorontalo. Fadel yang itu pula akhirnya membuat kita semua bangga dengan berbagai prestasi kepeminpinannya. Fadel begitu bersinar terang sebagai bintang. Suatu yang sangat wajar  bila kemudian Fadel dipercaya sebagai menteri. Kepadanya kita semua berterima kasih.

Bintang Baru
Tahun 2002 saya belum mengenal M. Ramdhan Pomanto. Yang saya tahu namanya Danny Pomanto, pemenang sayembara perancangan kompleks perkantoran Pemerintahan Provinsi Gorontalo. Ketika Gubernur Fadel memutuskan membangun kompleks ini di Pegunungan Botu, saya juga adalah salah satu yang mengkritik kebijakan ini. namun setelah melihat pemaparan arsitek perancang kompelks pemerintahan,   ya... Danny Pomanto itu, berbagai point kritikan saya terjawab tuntas, termasuk kritik sosiologis yang di jawab pula secara sosiologis. (Semoga kompleks pemerintahan itu  selesai dibangun sesuai rancangan awalnya). Danny Pomanto adalah Bntang setidaknya bagi saya.

Usai Paparan yang lengkap itu, dalam hati saya, saya bergumam bahwa orang ini,, Si Danny itu, harus berbakti kepada daerah ini. Dari mana belakangnya saja jelas sudah dia orang Gorontalo. Maka dia tak boleh menjadi 'milik orang lain.' Dia adalah bintang , dan dia milik Gorontalo, milik kita.

Lama tak berjumpa dengan ka' Danny. Tetapi kesan terhadap nama ini sudah terbentuk dinalar saya walaupun hanya sekali perjumpaan ketika dia memaparkan design komplek pemprov. Perjumpaan berikutnya adalah ketika bertemu di Jakarta, tahun lalu. Saya sangat senang kali ini bisa berdiskusi lama dengannya. Diskusi yang beberapa kali mengejutkan saya ketika dia berbicara tentang Gorontalo justru lebih detail dari saya. Pengalamannya diberbagai daerah mewarnai dialog tersebut, membantu saya lebih muda melakukan studi komparatif; membandingkan Gorontalo dengan daerah-daerah lain dalam berbagai aspek peradaban.

Jujur, saya bukan orang yang suka memuji orang lain apalagi didepan publik, sebagaimana saya merasa tak nyaman ketika dipuji orang lain. namun jujur pula, setelah berkali-kali dialog dengan Danny Pomanto, saya harus memujinya sebagaimana saya memuji Thariq Modanggu, AW. Thalib, Nelson Pomalimgo dan Idris Rahim yang semuanya  adalah bintang-bintang yang terang bagi Gorontalo.

Harapan saya cukup besar agar kelima bintang ini bisa senantiasa memberi cahaya bagi kita semua. Lima bintang baru pasca FAdel. Semoga mereka senantiasa dilindungi Allah SWT untuk memimpin kita semua ke arah yang lebih baik di segala bidang. Kita semua sedang menanti kelimanya untuk mo'awota (bekerja bersama) demi tugas antar generasi yang akan kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan, kepada anak cucu kita, kepada masa depan.

 
Design by DP | Bloggerized by Tim - Relawan | Tim Relawan-DP 2011